Bolehkah Menutup Masjid Apabila Ada Kebutuhan – Syaikh Ibnu Utsaimin #NasehatUlama
Qutaibah bin Sa’id mengabarkan kepada kami, dia berkata, “Laits mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Salim, dari Ayahnya, bahwa dia berkata, ‘Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam masuk ke Ka’bah dan beliau bersama Usamah bin Zaid, Bilal, dan Uṡman bin Ṭalḥah. Kemudian mereka menutup pintunya. Ketika pintunya sudah dibuka, aku adalah orang pertama yang masuk, lalu aku bertemu Bilal, kemudian bertanya kepadanya, ‘Apakah Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tadi salat di dalam?’ Dia berkata, ‘Iya, di antara dua tiang Yamani.’’” (HR. Bukhari) Perkataan beliau -semoga Allah merahmatinya-, “Bab: Menutup Ka’bah dan Salat di Dalamnya, di Mana pun Dikehendaki.” Penulis ingin menjelaskan bahwa menutup masjid, Ka’bah, dan lain sebagainya, tidak mengapa, jika memang diperlukan. Dan ini bukanlah bentuk tindakan melarang berzikir menyebut nama Allah di dalam masjid, karena ini demi kebaikan, suatu keperluan, atau terkadang karena perkara darurat. Jadi, tidak mengapa.
===============
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ
دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَيْتَ
هُوَ وَأُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ وَبِلَالٌ وَعُثْمَانُ بْنُ طَلْحَةَ
فَأَغْلَقُوا عَلَيْهِمْ فَلَمَّا فَتَحُوا
كُنْتُ أَوَّلَ مَنْ وَلَجَ
فَلَقِيتُ بِلَالًا فَسَأَلْتُهُ
هَلْ صَلَّى فِيهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟
قَالَ: نَعَمْ بَيْنَ الْعَمُودَيْنِ الْيَمَانِيَيْنِ – رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
قَوْلُهُ رَحِمَهُ اللهُ بَابُ إِغْلَاقِ الْبَيْتِ
وَيُصَلِّي فِي أَيِّ نَوَاحِي الْبَيْتِ شَاءَ
أَرَادَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللهُ أَنْ يُبَيِّنَ أَنَّ إِغْلَاقَ الْمَسَاجِدِ وَالْكَعْبَةِ
وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ لِلْحَاجَةِ لَا بَأْسَ بِهِ
وَلَا يُقَالُ إِنَّ هَذَا مِنْ مَنْعِ مَسَاجِدِ اللهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ
لِأَنَّ هَذَا لِمَصْلَحَةٍ أَوْ لِحَاجَةٍ أَوْ لِضَرُوْرَةٍ أَحْيَانًا
فَلَا حَرَجَ